Riyadhah Adalah Perjuangan Dalam Batin dan Diri Sendiri


Riyadhah
Riyadhah adalah latihan-latihan fisik dan jiwa dalam rangka melawan getaran hawa nafsu dengan melakukan puasa, khalwat, bangun di tengah malam (qiyamullail), berdzikir, tidak banyak bicara, dan beribadah secara terus menerus untuk penyempurnaan diri secara konsisten.

Semua kondisi puncak kebahagiaan, puncak penderitaan, puncak kegembiraan, dan puncak kesedihan merupakan wujud dari riyadhoh

Manusia mempersiapkan diri dengan berbagai latihan-latihan jiwa untuk kesucian batin. 

Kunci sukses dari Riyadhoh adalah kepasrahan diri, menerima dengan ikhlas dan lapang dada atas semua yang diberikan sang Khaliq.

Dalam hubungan dengan Riyadloh, berkaitan dengan tiga hal berikut ini:

Takhalli (Takholli minal akhlaaqil madzmuumah, lepaskan dirimu dari perangai tercela). 

Menghapus perbuatan tercela dan dalam mencapai Asmaul Husna, harus ada sifat menghayati, bertobat dengan cara istiqomah dan ikhlas.

Tahalli (Tahalli nafsaka bil akhlaaqil mahmuudah, isilah jiwamu dengan akhlaq yang terpuji). 

Untuk mengisi perbuatan yang terpuji, diantaranya dengan melakukan dzikir dan melakukan sholat-sholat sunnat. 

Tajalli (Jelaslah Tuhanmu di hadapanmu, maksudnya Allah jelas dalam dzhahir kehidupan jiwa,hijab tersingkap menjelma kasysyaaf). 

Demikianlah Takhalli permulaan atau bidaayah dengan melalui tahalli, kemudian kesudahan atau nihaayah (puncaknya) adalah tajalli.

Oleh karena itu dalam riyadloh mengutamakan realisasi dan aplikasinya yakni segala akhlaqul madzmumah yang merupakan ma’shiatul baathin dikikis habis, lalu diisi dengan akhlaqul mahmudah yang merupakan ‘ibaadatul qalb atau thaa’atul baathin. 

Seperti diketahui bahwa maksud agama ialah agar manusia meninggalkan larangan, yaitu menjauhkan diri dari maksiat dan mengerjakan semua perintah Allah SWT yaitu beramal kebajikan.

Lebih didahulukan meninggalkan larangan dari pada mengerjakan suruhan, Karena memang diakui bahwa meninggalkan semua larangan adalah lebih sukar dari pada mengerjakan suruhan, walaupun sebenarnya pada diri manusia itu lebih banyak kecondongan pada kebaikan dari pada kepada kejahatan. Hanya saja itu memang sukar, karena pengaruh yang telah diterima manusia dari alam sekitarnya.

Riyadhoh atau disiplin asketis atau latihan ke-zuhud-an dipahami oleh Ibnu Arabiy sebagai: tahdzibul akhlak (pembinaan akhlak) yaitu tankiyyatuha watathiiruha mimma laa yaliiku biha (penyucian dan pembersihan jiwa dari segala hal yang tidak patut untuk jiwa). 

Karena itu riyadhoh adalah alat dan bukan tujuan. Disamping istilah Riyadhah, para ulama Tasawwuf juga menggunakan istilah ‘mujahadah’.

Tradisi akhlak tarekat memiliki makna dan fungsi mujahadah dan riyadhah, yaitu ilmu tentang pemahaman, penghayatan, dan pengamalan jihad spiritualitas secara sistemik. 

Dalam pelaksanaannya, ia memerlukan disiplin yang tinggi untuk mengendalikan hawa nafsu dan penempaan mental melalui olah jiwa dan rasa.

Urgensi riyadhoh atau mujahadah dikemukakan oleh banyak ulama, diantaranya :

Abu Ali Addaqoq guru Imam Qusyairi, menyatakan :

 ”Siapa yang menghiasi lahiriyahnya dengan mujahadah (riyadhah) maka Allah memperindah batinnya dengan kemampuan musyahadah.

Menyaksikan keagungan Allah dengan hatinya, menyaksikan yang ghoib sejelas yang dilihat mata lahiriyahnya.

Dan ketahuilah bahwa siapa yang pada awalnya tidak mujahadah, maka ia tidak akan mencicipi semerbak aroma wangi dalam thoriqoh.”

Man zayyana dhohirohu bil mujahadah (riyadoh) hassanallohu sarooirohu bil musyahadah, wa’lam anna man lam yakun fi bidayatihi shohiba mujahadatin lam yajid min hadzihit thoriqotihi”

Abu Ali Addaqqoq mengungkapkan dengan kalimat ”Harokatudzdzowahir tujibu barokatus sarooir” (gerakan tubuh lahiriyyah menghasilkan keberkahan pada jiwa).

Yahya bin mu’adz sebagai mana dikutip Imam Al-Ghozali menegaskan : “Arriyadhotu ala arba’ati awjuhin : al quutu minatto’am walgomdu minal manam walhajatu minal kalam wal hamlul ada min jamiil anam fayatawalladu min killatit to’am mautussahawati wamin killatil manam shofwul iroodaah wamin killatil kalam assalamatu minal aafat wamin ihtimaalil adaa albulugu ial gooyaat.”

Riyadoh itu mencakup 4 aspek:
  1. Mengurangi makanan pokok,
  2. Mengurangi tidur, 
  3. Mengurangi bicara yg tidak perlu, dan 
  4. Menanggung derita karena diganggu banyak orang. 
  • Target mengurangi makan supaya mengendalikan keinginan liar yang menjerumuskan, 
  • target sedikit tidur bersihnya berbagai keinginan, 
  • target sedikit bicara selamat dari berbagai bencana, 
  • target menanggung derita diganggu banyak orang adalah sampai tujuan.”
Jadi jelas, antara Riyadhah dan mujahadah sangat berkaitan

Imam Qusyairi menempatkanya dalam rangkaian maqomat atau madarij arba as-suluk. 

Sedangkan Abdul Wahab Sa’roni menempatkanya sebagai bagian dari Adab al murid Finafsihi (etika murid terhadap diri sendiri).

Arti mujahadah adalah penuh kesungguhan hati melawan dan menahan getaran hawa nafsunya.

Mujahadah juga berarti bersungguh hati melaksanakan ibadah dan senantiasa beramal shaleh, sesuai dengan apa yang telah diperintahkan Allah SWT yang sekaligus menjadi amanat serta tujuan diciptakannya manusia. 

Dengan beribadah, manusia menjadikan dirinya ‘abdun (hamba) yang dituntut berbakti dan mengabdi kepada Ma’bud (Allah Yang Maha Menjadikan) sebagai konsekuensi manusia sebagai hamba wajib berbakti (beribadah).

Para ulama thoriqoh mendasarkan riyadhoh atau mujahadah ini pada banyak ayat Al-Qur’an dan Hadits Rasulullah SAW dan penuturan pengalaman para ulama tasawuf.

Di antara ayat Al-Qur’an yang mereka jadikan pegangan antara lain: firman Allah dalam QS An Nazi’at ayat 40-41 dan QS Al-Ankabut ayat 69. 

Adapun hadits yang di jadikan landasan adalah penegasan Rosululloh SAW yaitu tentang fungsi kerosulanya: 

1. "innama bu’itsu li utammima makarimal akhlak" 
Artinya: ”Sesungguhnya aku diutus oleh Allah hanya untuk menyempurnakan akhlak”. (HR Baihaqi dari Abu Hurairoh). 

2. "afdolul jihad kalimatu adlin inda shultonin jaairin" 
Artinya: ”Jihad yang paling utama adalah mengemukakan kata keadilan di hadapan penguasa yang semena-mena”. (HR Abu Daud). 

Mengemukakan keberanian di hadapan penguasa dzolim tentu membutuhkan keberanian dan tidak takut kecuali dengan Alloh SWT, sifat ini tidak mungkin menjelma bila kita masih dikuasai hawa nafsu dan cinta dunia.

Oleh karena itu mujahadah adalah sarana menunjukkan ketaatan seorang hamba kepada Allah, sebagai wujud keimanan dan ketakwaan kepada-Nya. 

Di antara perintah Allah SWT kepada manusia adalah untuk selalu berdedikasi dan berkarya secara optimal.

Berbagai macam amalan dan usaha yang harus dikerjakan sebagai latihan (riyadhah), baik bertalian dengan jiwa atau hati (riyadhatunnafs). 

Semua ini menurut tata cara yang ditentukan di dalam gerakan–gerakan sufi yang dinamakan tarekat

Sebagai usaha menyingkapkan tabir yang membatasi diri dengan Tuhan, oleh ahli tasawuf telah disusun suatu sistem yang dapat dipergunakan untuk riyadhatunnafs dalam rangka mencapai tujuan musyahadatillah. 

Sistem ini merupakan dasar didikan dalam riyadhah bagi para sufi pada tahap awal yang semuanya tersusun dalam tiga tingkat yang dinamakan takhalli, tahalli, dan tajalli. Dan kehidupan ini acap kali dinamakan mujahadah, yaitu perjuangan dalam batin dan diri sendiri.

Blog : Surau Tingga || Judul : Riyadhah Adalah Perjuangan Dalam Batin dan Diri Sendiri


Tidak ada komentar:

Posting Komentar