Memahami Konsep Muqorobah Dalam Ilmu Tasawuf


Muqorobah
Muqorobah. Secara bahasa muqorobah berarti saling berdekatan (bina musyarakah) dari kata-kata qooraba-yuqooribu-muqoorobah. 

Dalam pengertian ini, maksudnya adalah usaha-usaha seorang hamba untuk selalu berdekatan dengan Allah SWT, yakni saling berdekatan antara hamba dan Tuhannya. 

Upaya-upaya untuk mendekatkan diri kepada Allah ini harus diiringi dengan nilai-nilai keikhlasan dan kesungguhan untuk mencapai ridha-Nya.

Allah SWT mewahyukan kepada Nabi Musa AS dengan firman-Nya : 
" Wahai Musa, jika Anda menginginkan Aku lebih dekat kepadamu dari pembicaraan dengan lidahmu, dan dari bisikan hati menuju hatimu, ruh dengan badanmu, sinar penglihatan dengan matamu, dan pendengaran dengan telingamu maka perbanyaklah membaca sholawat atas Nabi Muhammad SAW.”
Orang-orang yang sholih selalu berusaha untuk ber-taqarrub dengan Allah SWT. 

Untuk itu cara yang terbaik dalam mencapai martabat kedekatan kepada Allah ialah dengan tafakkur (meditasi). 

Amalan ini sungguh sangat bermanfaat dalam rangka merenungi ayat - ayat Allah baik yang tersurat atau pun yang tersirat (kauniyah).

Nabi SAW pernah bersabda:
Tafakkur sesaat itu lebih baik dari pada beribadat setahun.”
Menurut Syekh Abdul Qadir al-Jilani, bahwa ada tiga perkara tentang tafakkur (meditasi) ini:

Pertama, barang siapa ber-tafakkur tentang sesuatu hal dan menyelidiki sebabnya, maka ia akan mendapat setiap bagian dari hal itu mempunyai banyak bagiannya yang lain pula, dan setiap bagian itu menerbitkan banyak lagi hal-hal yang lain. 

Inilah tafakkur yang nilainya setahun ibadat. 

Kedua, barang siapa ber-tafakkur tentang ibadatnya dan mencari sebabnya serta mengenal sebab itu, maka tafakkur-nya itu bernilai tujuh puluh tahun ibadat. 

Ketiga, barang siapa yang tafakur tentang  mengenal Allah dengan azam yang kuat untuk mengenal-Nya, maka tafakkur-nya itu bernilai seribu tahun ibadat. Inilah ilmu hakiki.

Ilmu yang hakiki adalah suatu keadaan kesadaran atau perasaan tentang ke-Esa-an  Allah meresap dalam diri dengan ber-taqarrub dengan Allah SWT dari alam kebendaan terbang dengan sayap keruhanian ke alam tinggi, yaitu alam kesadaran rasa berpadu dengan Allah Yang Maha Kuasa. 

Penerbangan ini berlaku dalam alam batin atau dalam diri si ’Arif yang peribadatannya dirasakan benar-benar di hadapan Allah SWT. 

Mereka mendapat gelar ahli hakikat sebagai kekasih Allah.

Taqorrub atau al-qurb diindikasikan dengan kedekatan hamba dalam taatnya dan disiplin waktu dalam ibadah-ibadahnya. 

Kedekatan hamba kepada Tuhannya, mula-mula dengan iman dan pembenarannya. Kemudian kedekatannya melalui ihsan dan hakikatnya. Sedangkan kedekatan Al-Haq saat di dunia ini didapati melalui kema’rifatan.

Kita perhatikan Hadits Qudsi berikut ini :

 Sesungguhnya Allah SWT berfirman :

Dari Abu Hurairah RA, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda :
" Barang siapa yang memusuhi seorang kekasih-Ku, maka aku menyatakan  perang kepadanya.
Sesungguhnya Allah SWT berfirman: “Barang siapa yang memusuhi seorang kekasih-Ku, maka aku menyatakan  perang kepadanya.  
Dan tiada mendekat kepada-Ku seorang hamba-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku senangi dari pada menjalankan sesuatu yang aku wajibkan, dan selalu seorang hamba-Ku mendekat kepada-Ku dengan melakukan sunnat-sunnat, sehingga Aku menyenanginya. 

Maka apabila Aku telah mengasihi kepadanya tentu Aku-lah yang menjadi pendengarannya yang ia dengarkan dengan itu, dan penglihatannya yang ia lihat dengan itu, dan sebagai tangannya yang ia gunakan, dan sebagai kakinya yang ia jalankan. 

Apabila ia memohon kepadaKu pasti Aku ijabah, dan apabila ia memohon perlindungan kepada-Ku maka Aku beri perlindungan. 

Dan Aku tidak berputar-putar (bolak-balik) dari sesuatu yang Aku lakukan. Adapun bolak-baliknya Aku dari seorang mu’min adalah ia tidak suka kematian (su’ul khatimah), sedangkan Aku tidak suka memburukkannya.”(H.R. Bukhari).
Pada dasarnya Hadis Qudsi di atas menunjukan karakteristik kekasih Allah (waliyullah) sebagai hamba Allah yang selalu mendekatkan diri kepada-Nya baik melalui amal-amalan yang wajib maupun yang sunnah (yang dianjurkan). 

Untuk itu segala panca indranya hanya ditujukan untuk Allah, sehingga amal perbuatannya berusaha untuk sesuai dengan yang diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya.

Dalam konsep tasawuf, usaha mendekati Tuhan itu dilakukan melalui beberapa maqamat (fase). 

Maqam yang dimaksud di sini adalah kedudukan hamba di hadapan Tuhan Yang Maha Esa dalam amaliah ibadah, mujahadah, riyadhah, dan terputus dari selain Allah. Maqamatitu antara lain : taubat, wara’, zuhud, ridha, sabar dan tawakkal

Menurut Imam al-Qusyairi menyebutkan, bahwa kedekatan hamba kepada Allah SWT tidak akan terwujud kecuali menjauhnya hamba dari makhluk. 

Predikat ini ada dalam hati, bukan hukum - hukum fiskal lahiriyah dan alam.

Blog : Surau Tingga || Judul : Memahami Konsep Muqorobah Dalam Ilmu Tasawuf


Tidak ada komentar:

Posting Komentar