Takhalli, Tahalli, dan Tajalli |
Untuk menyingkap tabir yang membatasi diri dengan Tuhan, ada sistem yang dapat digunakan untuk riyadhah al-nafsiyah.
Karakteristik ini tersusun dalam tiga tingkat yang dinamakan takhalli, tahalli, dan tajalli.
Takhalli ialah membersihkan diri dari sifat-sifat yang tercela, kotor hati, maksiat lahir dan maksiat batin.
Pembersihan ini dalam rangka, melepaskan diri dari perangai yang tidak baik, yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip agama.
Sifat-sifat tercela ini merupakan pengganggu dan penghalang utama manusia dalam berhubungan dengan Allah.
Tahalli merupakan pengisian diri dengan sifat-sifat terpuji, menyinari hati dengan taat lahir dan batin.
Hati yang demikian ini dapat menerima pancaran Nurullah dengan mudah.
Oleh karenanya segala perbuatan dan tindakannya selalu berdasarkan dengan niat yang ikhlas (suci dari riya). Dan amal ibadahnya itu tidak lain kecuali mencari ridha Allah SWT.
Untuk itulah manusia seperti ini bisa mendekatkan diri kepada Yang Maha Kuasa.
Maka dari itu, Allah senantiasa mencurahkan rahmat dan perlindungan kepadanya.
Yang dimaksud dengan Tajalli adalah merasakan akan rasa ketuhanan yang sampai mencapai sifat muraqabah.
Menurut bahasa, Muraqabah berarti mengamati tujuan.
Sedangkan secara terminologi, Muraqabah berarti melestarikan pengamatan kepada Allah SWT dengan hatinya, sehingga manusia mengamati pekerjaan dan hukum-hukum-Nya, dan penuh dengan perasaan kepada Allah atas gerak-geriknya.
Dalam keterangan lain disebutkan bahwa tajalli merupakan barang yang dibukakan bagi hati seseorang tentang beberapa Nur yang datang dari ghoib.
Tajalli ada empat tingkatan, yaitu:
- tajalli af’al,
- tajalli asma,
- tajalli sifat,
- dan tajalli zat
tajalli af’al ialah lenyapnya fi’il dari seorang hamba, yang ada fi’il Allah semata-mata (QS. 37:96).
Tajalli asma ialah fana-nya seorang hamba, sehingga lepas dari sifat-sifat baharu dari tubuh kasarnya.
Tajalli sifat adalah penerimaan tubuh seseorang yang berlaku dengan sifat ketuhanan, dengan penerimaan yang murni secara hukmi dan qothi.
Dalam kaitannya dengan tajalli (penampakkan) Tuhan, Abdul Karim Kutbuddin bin Ibrohim al-Jili sebagaimana dikutip oleh M. Al Fatih, bahwa proses tajalli adalah melalui tiga tahap tanazzul, yaitu ahadiyah, huwiyah, dan amiyah.
Pada tahap ahadiyah, Tuhan dalam keabsolutannya baru keluar dari al-‘ama (kabut kegelapan), tanpa nama dan sifat.
Pada tahap huwiyah, nama dan sifat Tuhan tidak muncul, tetapi masih dalam bentuk potensi.
Pada tahap amiyah, Tuhan menampakkan diri dengan nama-nama dan sifat-sifat-Nya kepada makhluk-Nya.
Diantara semua makhluk-Nya pada diri manusialah Ia menampakkan diri-Nya dengan segala sifat-Nya.
Oleh karena itu, manusia adalah tajalli Tuhan yang paling sempurna di antara semua makhluk-Nya.
Namun tajalli-Nya tidak sama pada semua manusia, tergantung kepada kesucian batin manusia itu.
Dari tahapan-tahapan takhalli, tahalli, dan tajalli tersebut, prosesnya merupakan bagian dari kegiatan riyadhah.
Ketiga hal ini tidak bisa dipisahkan dari pelaksanaan riyadhah.
Blog : Surau Tingga || Judul : Takhalli, Tahalli, dan Tajalli
Tidak ada komentar:
Posting Komentar