Ilmu Laduni Adalah Buah Cinta Yang Hakiki


Ilmu Laduni Adalah Buah Cinta Yang Hakiki
Ilmu Laduni Adalah Buah Cinta Yang Hakiki 

Firman Allah Ta‘ala: 
"Tuhan Yang Maha Pemurah, Yang telah mengajarkan Al-Qur'an, Dia menciptakan manusia* Mengajarinya Al-Bayan ". (QS. ar-Rahman : 1-4). 
Untuk menafsirkan ayat-ayat di atas (surat ar Rahman : 1-4), marilah kita menggunakan bahasa secara tafsiriyah, yakni cara menafsirkan ayat-ayat al-Qur‘an yang banyak digunakan oleh para Ulama ahli tafsir terdahulu.  

Surat ini dibuka dengan lafad "Ar-Rahman". Artinya : Tuhan yang Maha Pemurah. 

Ar-Rahman adalah salah satu nama Allah SWT. dari nama-Nya yang sembilan puluh sembilan. 

Nama tersebut adalah satu-satunya nama yang tidak diberikan juga kepada siapapun dari makhluk-Nya. 

Tidak seperti nama-nama-Nya yang lain, Ar-Rahim misalnya, ar-Rahim adalah nama-Nya yang juga diberikan-Nya sebagai nama Rasulullah SAW. Allah menyatakan hal itu dengan firman-Nya : 
"Amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mu‘min ". (QS. at-Taubah : 128). 
Kata dasar ar-Rahman adalah Rahmat, dengan ayat ini (ar-Rahman – Allamal Qur‘aan. QS. 55:1-4). berarti secara tidak langsung Allah telah menyatakan, bahwa tujuan yang paling utama diturunkan Al-Qur‘an kepada hamba-Nya adalah sebagai karunia dan rahmat dari-Nya, dan dengan rahmat-Nya pula, Allah Ta‘ala akan memberikan kemudahan - kemudahan kepada orang beriman, baik untuk menghafalkan al-Quran maupun memahami ayat - ayat-Nya: 
"Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Qur'an untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran?".(QS. al-Qomar : 17. 
Adapun ayat berikutnya adalah "Allamal Qur'aan" (mengajarkan Al-Qur'an), berarti pula bahwa rahmat dan karunia Allah yang terbesar adalah dengan diajarkannya Al-Qur'an kepada umat manusia.  

Ayat selanjutnya adalah, "Kholaqol insaana Allamahul Bayaan" (menciptakan manusia dan mengajarinya al-Bayan). 

Ayat ini mengandung suatu pengertian: Bahwa al-Qur'an sudah diajarkan sejak sebelum manusia diciptakan. Yakni pertama kepada malaikat Jibril baru kemudian diajarkan kepada Rasulullah saw. 

Adapun yang dimaksud dengan al-Bayan adalah cara memahaminya secara perincian (tafsil). 

Itu menunjukkan bahwa salah satu keutamaan yang diberikan kepada manusia yang melebihi pemberian kepada makhluk lain ialah, bahwa Allah Ta‘ala akan memudahkan manusia untuk memahami ayat-ayat Al-Qur‘an. 

Yang demikian itu berarti pula, dengan sarana ayat-ayat tersebut manusia mendapatkan potensi untuk berinteraksi dengan Allah" :
"Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu".(QS. al-Baqaroh:152). 

Jadi, yang dimaksud dengan Al-Qur'an (di dalam ayat ini) adalah memahami secara global dan al-Bayan adalah memahami secara perinciannya.  

Kalau al-Bayan dikaitkan dengan al-Insan, maka artinya, setelah secara global Al-Qur‘an diajarkan kepada malaikat Jibril kemudian secara rinci Al-Qur‘an itu diajarkan kepada manusia melalui malaikat Jibril. 

Sedangkan yang dimaksud al-Insan (di dalam ayat ini), secara khusus adalah Rasulullah Muhammad saw dan secara umum adalah seorang hamba dari umatnya yang mendapat rahmat dariNya: 
"Dan sesungguhnya Al-Qur'an ini benar-benar diturunkan  oleh  Tuhan semesta alam - Dia dibawa  turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril) - Ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah  seorang diantara orang-orang yang memberi peringatan". QS. asy-Syu‘ara‘ : 192-194). 

Firman Allah, "Allamal Qur'aan": Lafad "Allama", apabila dikaitkan dengan (ayat) pembukaan surat sebelumnya, yaitu surat Al-Qomar "Wansyaqqol Qomar" (bulan telah terbelah), dapat diambil suatu pengertian bahwa, selain terbelahnya bulan sebagai mu‘jizat Nabi Muhammad saw., Al-Qur‘an juga adalah mu‘jizat beliau pula, bahkan Al-Qur‘an adalah mu‘jizat yang terbesar.  

Arti mu'jizat terbesar itu adalah, bahwa saat itu, melalui terutusnya Rasul Muhammad saw. Allah SWT. menurunkan rahmat dan karunia terbesar-Nya kepada seluruh makhluk. 
"Dan apakah tidak cukup bagi mereka bahwasanya Kami telah menurunkan kepadamu Al Kitab (Al- Qur'an) sedang dia dibacakan kepada mereka?. Sesungguhnya dalam (Al- Qur'an) itu terdapat rahmat yang besar dan pelajaran bagi orang-orang yang beriman'. (QS. al-Ankabut : 51). 
Yaitu dengan diajarkan-Nya Al-Qur'an al-Karim, pertama kepada Malaikat Jibril kemudian kepada Rasulullah dan selanjutnya akan diwariskan kepada Ulama‘ pilihan dari umatnya sampai akhir zaman. 
"Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang pertengahan dan di antara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang amat besar". (QS. Fathir : 32). 
Al-Qur‘an itu diajarkan sebagai "Rahmatan Lil 'alamin". Rahmat bagi alam semesta.  

Apabila ayat ini dikaitkan dengan pembahasan tentang Ilmu Laduni, maka "rahmat" itulah sebagai tanda kecintaan Allah kepada hamba-Nya, merupakan yang pertama dan utama. 

Adanya Rahmat Ilahiyah tersebut sebagai syarat mutlak supaya seorang hamba mendapatkan kemudahan untuk dapat memahami makna Al-Qur‘an al-Karim.  

Untuk itu, barang siapa berkeinginan membangun sebab-sebab untuk didapatkannya suatu akibat yang berupa warisan ilmu Al-Qur‘an (Ilmu Laduni), orang tersebut terlebih dahulu harus berusaha mendapatkan "rahmat" yang utama itu. 

Hal tersebut dilakukan dengan jalan berusaha mencintai dan dicintai Allah swt.  

Caranya: 

Hendaklah seorang hamba senantiasa mendekatkan diri kepada-Nya dengan melaksanakan amalan tambahan (sunnah) sampai Allah mencintai dirinya, (sebagaimana yang telah diuraikan dalam buku Tawasul), atau dengan cara yang telah dinyatakan Allah dengan firman-Nya berikut ini: 
"Katakanlah : ―Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah,  ikutilah Aku, niscaya Allah mencintai kamu dan mengampuni dosa-dosamu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang katakanlah: Taatilah Allah dan Rasul-Nya, jika kamu berpaling, maka sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang kafir".  (QS. Ali-Imran. : 31-32). 
Maksud ayat, bahwa tanda-tanda kecintaan seorang hamba kepada Allah Ta‘ala akan terbaca dari kemampuannya dalam mentaati Allah dan Rasul-Nya. 

Dalam arti, bersungguh-sungguh mengikuti jejak "Uswatun hasanah" tersebut, baik ilmu, amal, perjuangan dan pelaksanaan "akhlakul karimah", sampai Allah mencintainya. 

Ketika Allah sudah mencintai hamba-Nya, maka dosa-dosa hamba tersebut akan diampuni-Nya. 

Selanjutnya, dengan terhapusnya dosa tersebut, berarti hijab-hijab seorang hamba akan terhapus pula sehingga hatinya akan menjadi seperti kaca bersih yang setiap saat siap mengadakan "interaksi nuriyyah" dengan Tuhannya. 

Dengan interaksi itu seorang hamba akan berpotensi untuk mendapatkan "sumber Ilmu Laduni" secara sistematis melalui pewaris-pewarisnya. 

Blog : Surau Tingga || Judul : Ilmu Laduni Adalah Buah Cinta Yang Hakiki


Tidak ada komentar:

Posting Komentar