Jimat Kebal Pejuang Kemerdekaan Indonesia 1945-1949


Kisah Orang-Orang Kebal Pejuang Kemerdekaan Indonesia 1945-1949

Tidak hanya pahlawan nasional dengan pangkat berjejeran, Anda harus tahu jika pejuang kemerdekaan Indonesia saat itu termasuk orang-orang kebal.

Mereka punya peran yang tak kalah penting dengan pejuang republik, sama-sama mengangkat senjata untuk mengusir penjajah kolonial Belanda tahun 1945-1949.

Menurut sejumlah pemberitaan, orang-orang tak tembus peluru ini juga pernah menempati kedudukan mentereng dalam organisasi kerakyatan. Sebagian dari mereka ada yang menjabat jadi ketua perkumpulan rakyat dan mendirikan laskar bersenjata.

Bagi orang-orang kebal perang adalah hal yang biasa. Setiap hari mereka bekerja melibatkan resiko, pilihannya hanya dua, yakni hidup atau mati.

Kebiasaan hidup penuh resiko itu membuat mereka maju di baris depan tatkala Belanda melakukan agresi militer di Indonesia.

Seluruh ilmu kekebalan (anti peluru) mereka pakai menghadang pasukan Belanda. Jangankan timah panas yang keluar hanya dari sepucuk senapan, jika perlu berhadapan dengan tank baja pun mereka siap. Tidak akan mundur walaupun hanya satu jengkal saja.

Fenomena orang kebal peluru pejuang kemerdekaan Indonesia itu membuat tentara Belanda was-was. Karena baru kali ini orang Barat menemui manusia antik dan langka.

Mereka lantas bertanya-tanya mengapa ilmu kebal berkembang pesat dalam tradisi dan kebudayaan masyarakat Indonesia.

Orang Kebal Pejuang Kemerdekaan Indonesia asal Parakan

Salah satu kisah orang kebal di sekitar perang kemerdekaan ditulis sejarawan Petrik Matanasi. Ia menelusuri jejak orang-orang kebal pada masa revolusi di daerah Parakan.

Nama orang kebal penentang Belanda itu adalah Kyai Subkhi. Konon menurut sejumlah literasi dari masyarakat Parakan, Kyai Subkhi kebal peluru karena satu jimat yang terdapat di lehernya.

Jimat tersebut berbentuk kalung berliontin kain kotak hitam berisi jampi-jampi gurunya. Melalui fungsi jimat itu, Kyai Subkhi pernah menyerbu markas Jepang pasca kalah dari Sekutu tahun 1945.

Ia bersama rakyat Parakan menuntut Jepang agar hengkang dari Indonesia. Sementara tujuan lain penyerbuan tersebut adalah menguras habis amunisi dan senjata milik tentara Nippon.

Saat Kyai Subkhi yang merupakan salah satu pejuang kemerdekaan Indonesia ini menentang Jepang untuk menyerah pada pasukan republik, ada dua peluru yang mental dari tubuhnya.

Namun, saat ia hendak menyerang lebih dekat tentara Nippon, tanpa disadari kalung jimat itu lepas karena tersangkut di jeruji pagar.

Akibat kelalaian ini, Kyai Subkhi tewas karena timah panas Nippon yang menembus dadanya. Kekuatan kebal sang Kyai berhenti karena kalung jimat terlepas dari badannya.

Hal itu membuat massa di sekitar kerusuhan geram. Mereka pun mati-matian mengusir penjajah Jepang dari tanah Parakan.

Jimat Kebal di Zaman Kemerdekaan Hal yang Biasa

Menurut Soegih Arto dalam buku berjudul “Sanul Daca: Pengalaman Pribadi Letjen (Purn) Soegih Arto” (1989), jimat kebal di zaman kemerdekaan adalah hal yang biasa.

Mereka yang memakai jimat untuk kekebalan tidak dapat dipersalahkan. Sebab kepentingan menggunakan jimat kebal saat itu identik dengan perjuangan revolusi.

Pejuang kemerdekaan Indonesia memakai jimat pada zaman revolusi akan membuat pertahan kaum republik menjadi kuat. Mereka bisa berjuang di garis paling depan tanpa memperhitungkan resiko yang tinggi.

Sebab, keajaiban (mukjizat) orang-orang memakai jimat kebal tidak mudah dilumpuhkan musuh, walaupun dengan peluru yang bertubi-tubi.

Menariknya, banyak pejuang kemerdekaan kala itu yang membawa jimat kebal bukan dari kalangan militer. Mereka berasal dari rakyat biasa, bahkan sebagian lain ada yang berprofesi sebagai preman.

Zaman kemerdekaan membuat mereka rukun dan kompak untuk sama-sama meruntuhkan kekuasaan Belanda di bumi ibu pertiwi.

Adapun yang jadi persoalan dari kisah ini yaitu, jarang atau bahkan tidak ada sejarah Indonesia yang menceritakan peran mereka dalam pelajaran sekolah.

Padahal orang-orang kebal pejuang kemerdekaan Indonesia ini memiliki peran penting dalam mengusir penjajah. Mereka menyumbang kekuatan dan pikiran untuk melepaskan bangsa dan negara ini dari penjajahan.

Tren Kebal Peluru di Pulau Jawa Popular sejak 1900-an

Sumber lain mengatakan bahwa, penggunaan jimat kebal peluru sudah menjadi tren popular di Indonesia sejak tahun 1900-an.

Banyak kaum muda saat itu yang mendatangi guru spiritual untuk meminta jimat kebal. Alasan menggunakan jimat ini macam-macam. Namun kebanyakan dari mereka menggunakan jimat kebal untuk kebaikan.

Tapi ada juga yang menggunakan jimat ini sebagai kejahatan. Misalnya menggunakan ilmu kadugalan untuk menjadi penguasa wilayah, menindas rakyat.

Atau pada zaman itu biasa dikenal dengan nama jagoan. Fenomena tersebut sering terjadi di beberapa kota besar yang ada di Pulau Jawa.

Adapun salah satu tokoh yang menggunakan jimat kebal untuk kebaikan pada tahun 1900 bernama Bura. Ia merupakan seorang pejuang kemerdekaan Indonesia yang namanya saat ini diabadikan di sebuah desa. Letaknya 10 km ke arah Timur pusat Kota Jember.

Konon Bura merupakan tokoh masyarakat yang pernah menyerang kantor kolonial di Jawa Timur hanya dengan sebilah celurit.

Bura terkenal dengan keterampilan silatnya. Mungkin jika kita samakan kasus ini dengan kisah Si Pitung di Jakarta kurang lebih punya kesamaan yang signifikan.

Namun kisah Bura menjadi tokoh kebal di Jember tampaknya kurang terekspose layaknya cerita rakyat Betawi yang membicarakan tentang Si Pitung tadi. (Erik/R3/HR-Online/Editor: Eva)


Blog : Surau Tingga || Judul : Jimat Kebal Pejuang Kemerdekaan Indonesia 1945-1949


Tidak ada komentar:

Posting Komentar